IJTIMALANG.COM – Melalui semangat merawat lingkungan di daerah aliran sungai. Sebuah Komunitas bernama Kaliku, menjadi wadah sejumlah pegiat lingkungan yang terletak di Desa Pakisaji, Kecamatan Pakisaji. Untuk turut menjaga kelestarian ekosistem sungai, dan mampu memanfaatkan kekuatan alam untuk kemaslahatan masyarakat.
Kini dengan modal limpahan air yang mengalir di sungai molek. Mereka sudah mampu memberikan penerangan di sepanjang sungai dengan pembangkit listrik alternatif, yakni menggunakan pembangkit listrik daya air, yang diwujudkan dengan kerjasama dengan Institut Teknologi Nasional Malang.
“Pemberian penerangan di sepanjang sungai ini adalah sebagai salah satu menjaga kelestarian sungai. Jadi supaya terkesan lebih hidup,” ungkap Ketua Komunitas Kaliku, Sugeng Widodo saat ditemui, Rabu (7/9/2022).
Saat ini, energi alternatif yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga air, dengan menggunakan turbin berdiameter 2 meter, yang mampu mengalirkan arus DC bertegangan 80 watt.
“Alat pembangkit ini sudah dibangun sejak satu tahun lalu, yang diinstalasi atas program pengabdian mahasiswa ITN Malang,” jelasnya.
Dengan adanya energi terbarukan yang dihasilkan, mampu dimanfaatkan sebagai daya pembangkit listrik untuk penerangan disekitar aliran sungai. Komunitas Kaliku kerap menggelar kegiatan, seperti konser musik lokal hingga pelatihan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di malam hari,” tuturnya.
Diharapkan dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan. Seperti kegiatan sosial budaya, mampu menularkan kepedulian masyarakat tentang merawat dan menjaga kelestarian sungai yang ramah lingkungan.
Komunitas Kaliku juga rutin melakukan pembersihan sampah di area sungai tersebut. Selain sebagai bentuk menjaga keindahan dan keasrian kawasan bantaran sungai. Merekapun juga melakukan pengolahan sampah organik disekitar aliran sungai yang mampu diolah menjadi pupuk organik.
“Sampah-sampah dari hasil pembersihan di sekitar sungai kami olah kembali menjadi pupuk organik,” pungkasnya.
Untuk terus menularkan semangat menjaga kawasan bantaran sungai. Sejumlah cara juga dilakukan komunitas ini. Salah satunya dengan melakukan penataan dikawasan bantaran sungai. Seperti menata dengan menanami tanaman hias menjadi taman, yang dilengkapi dengan beberapa bangunan gasebo di sepanjang sungai.
“Gasebo ini kami proyeksikan untuk warga luar kota yang datang ke sini, yang ingin menikmati lingkungan sungai. Karena desa kami kerap dikunjungi warga luar kota hingga luar negeri, untuk tujuan berlatih gulat. Sebab, di desa kami ada camp gulat. Kalau mereka ingin suasana sejuk kami ajak ke sungai ini,” pungkasnya. (Fajar Agastya)