IJTIMALANG.COM – Jamaah Tahlil Rutin di Dusun Krajan, Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, menggelar Pengajian Umum di Masjid Al Hidayah desa setempat, Kamis (15/9/2023) malam.
Takmir Masjid Al Hidayah, Ustad Sukardi dalam sambutanya mengatakan, kegiatan pengajian ini merupaka agenda rutin yang diikuti oleh jamaah pengajian serta tahlil rutin bagi warga di Dusun Krajan, Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau.
“Mari berlomba-lomba dalam mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga jangan lupakan pendekatan kepada sesama manusia dengan saling berbuat kebaikan agar dijauhkan dari siksa neraka,” kata Ustad Sukardi mengawali sambutannya.
“Pentingnya kegiatan pengajian seperti ini, selain mendekatkan diri kepada Allah, juga sebagai ajang silahturahmi dan juga merekatkan diri sesama warga untuk meningkatkan keimanan kepada Allah SWT,” sambungnya.
Hadir dalam Pengajian Umum Kepala Dusun Krajan, Desa Sumbersekar, Budiono. Rois Syuriah MWC NU Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Gus Mohamad Kohar. Lalu M. Nur Muhayyat selaku Pengasuh PP Nikmatul Iman, Desa Sumbersekar sekaligus Katib MWC NU Dau. Dan juga Gus Anam yang menjabat Ketua Banser Ansor Kecamatan Dau, serta ratusan
Jamaah Pengajian dan Tahlil Rutin Dusun Krajan, Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Acara diawali dengan shalat isya berjamaah. Dilanjut pembacaan istighosah dan pembacaan shalawat diiringi hadrah.
Sementara itu, Gus Mohamad Kohar selaku Ketua Rois Syuriah MWC NU Kecamatan Dau dalam tausiyahnya menegaskan, bersyukurlah kita lahir di negara Indonesia, negara yang aman dan tentram. Dapat ibadah dengan tenang dan nyaman.
“Coba kita dilahirkan di negara Palestina yang hidup dengan penuh tekanan, maka dari itu, mari kita hidup di Indonesia dengan mematuhi aturan yang berlaku di Indonesia,” ujar Gus Mohamad Kohar.
Menurut Gus Kohar, sinergi antara umaroh dan ulama sangat penting dalam membangun Bangsa Indonesia, khususnya dalam menciptakan toleransi antar umat beragama.
Dihadapan ratusan jamaah, Gus Mohamad Kohar membeberkan bahwa negara kita Indonesia berdasarkan Pancasila, yang sesuai ajaran agama Islam, saling toleransi dan gotong royong antara sesama umat Islam.
“Negara Indonesia merupakan negara yang rohmatan lil’alamin, bukan negara Islam, namun berasaskan Pancasila. Dimana salah satu bentuk iman adalah dengan cinta Nasionalisme dan cinta terhadap NKRI,” tegasnya.
Gus Kohar juga menyampaikan pentingnya wawasan kebangsaan dan wawasan agama, sehingga dapat meminimalisir dan menangkal munculnya paham radikalisme diwilayah Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau.
Selain meminimalir paham radikali maupun ekstrimisme, Gus Kohar juga mengajak masyarakat serta jamaah menjalin silaturahim yang merupakan ikatan rasa sayang antar sesama manusia.
“Bila hubungan antar sesama manusia sudah baik, maka hubungan dengan sang Pencipta akan baik pula. Sehingga akan muncul rasa syukur yang sudah sewajarnya kita selalu panjatkan kepada Allah SWT, kita wajib bersyukur karena dilahirkan dan besar di Indonesia, negara yang menjamin kebebasan setiap warga untuk beragama dan menjalankan ritual keagamaan masing-masing,” tuturnya.
Gus Kohar menilai, akan pasti berbeda situasinya jika kita dilahirkan di Palestina, Israel ataupun Arab Saudi, yang belum tentu lebih nyaman untuk menjalankan ibadah masing-masing.
“Islam bisa dikatakan rahmatan lil alamin jika orang Islam, bisa sayang dengan ciptaan Allah yang lain. Pemerintah Indonesia telah menunjukkan bagaimana menjadi rahmatan lil alamin dengan menjadi pelindung bagi seluruh alam semesta yang ada didalamnya,” ucap Gus Kohar.
“Perbedaan pendapat yang disampaikan sebagai aspirasi, dilindungi oleh pemerintah karena merupakan hak asasi, namun tetap dengan aturan agar tidak mengganggu hak orang lain,” lanjut Gus Kohar dalam tausiyahnya.
Gus Kohar memandang, kondisi seperti sekarang inilah yang harus di syukuri, karena sikap toleransi yang telah ada sejak jaman generasi dahulu, harus kita jaga.
“Lain halnya jika kita terus menyimpan rasa kebencian dengan sesama, maka hanya ada kekurangan dan keburukan yang terlihat,” tegasnya.
Gus Kohar menambahkan, ajaran yang masuk ke Indonesia dan mencoba untuk mendirikan ataupun melaksanakan sistem pemerintahan khilafah, dirasakan hanya akan meresahkan rakyat Indonesia. Hal itu seperti yang terjadi saat ini di negara Thailand, Myanmar dan Philipina, dimana umat muslim disana jumlahnya tidak sampai 8 persen. Namun ingin memaksakan penerapan pemerintahan khilafah, yang akhirnya terjadi perang saudara berlarut-larut.
“Yang dapat kita rasakan bersama saat ini, bahwa di Indonesia telah masuk aliran-aliran yang berpotensi mengancam keutuhan NKRI dan memicu konflik sosial. Harus kita cegah bersama-sama,” Gus Kohar mengakhiri.