ijtimalang.com, MALANG — Kenaikan harga telur ayam di pasaran, yang kini terus melonjak naik dikisaran harga Rp 32.000, ternyata hanya memberi sedikit angin segar bagi peternak ayam petelor. Pasalnya, hal tersebut dikarenakan naiknya harga pakan dan biaya kesehatan ayam, yang turut juga membuat membengkaknya biaya produksi yang ditanggung oleh para peternak.
Salah satu peternak ayam petelor di Desa Mendalanwangi, Kecamatan Wagir Kabupaten Malang, Muhammad Syahroni mengatakan, beberapa hari terakhir keuntungan yang ia dapat meningkat sekitar 50 persen.
Bahkan menurutnya, naiknya harga telur dipasaran. Cukup membantu untuk mengembalikan modalnya yang terkuras saat pandemi Covid-19 merebak.
“Yang jelas kita bisa mengembalikan modal yang kemarin hilang lah. Di pandemi sejak tahun 2019 itu, harga telur baru bisa melejit naik,” ujar pria yang akrab disapa Roni, Rabu (24/8/2022).
Kendati keuntungannya meningkat dan dapat membantu menutupi kerugian yang dialami selama pandemi, namun hal itu ternyata juga masih belum menyeluruh.
Hal tersebut terlihat dari jumlah kapasitas kandangnya yang ternyata populasinya belum penuh. Dimana dari populasi yang awalnya sebanyak 30 ribu, saat ini di kandangnya hanya tersisa 10 ribu ekor ayam.
“Karena masih banyak kandang yang kosong, ada juga yang sudah afkir, sehingga belum bisa beli ayam,” jelas Roni.
Ia mengutarakan bahwa setidaknya disaat kondisi naiknya harga telur, bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh peternak. Sehingga tidak menyebabkan gulung tikar. Seperti yang dialami beberapa peternak lain akibat terdampak pandemi covid 19.
“Ya semoga kenaikan (harga) ini meskipun tidak terlalu tinggi, yang penting bisa menutupi biaya operasional termasuk pakan, sehingga kami pun tidak sampai gulung tikar,” kata Roni.
Sementara itu menurutnya, dampak negatif yang dirasakan yakni sejumlah pembeli yang mengeluh karena tingginya harga telur. Namun dirinya tak dapat berbuat banyak. Sebab harga pakan juga cenderung naik.
“Ya kalu dibilang untungnya naik ya memang naik. Tapi kalau disandingkan biaya operasional juga naik. Dan itu tadi, setidaknya bisa menutup kerugian selama pandemi kemarin,” jelasnya. (Fajar Agastya)