IJTIMALANG.COM – Sejumlah peternak di Pujon, Kabupaten Malang yang terdampak wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) berharap pemerintah menyediakan skema bantuan permodalan untuk kredit sapi. Hal tersebut lantaran banyak peternak yang kesulitan mengembalikan kondisi perekonomiannya setelah sapi-sapinya mati akibat PMK.
Hal itu salah satunya dirasakan oleh peternak asal Dusun Jurangrejo, Desa Pandesari Kecamatan Pujon, Siswanto (54). Ia mengaku sebanyak 9 ekor sapinya mati setelah terpapar PMK. Dan 6 ekor diantaranya, sudah aktif memproduksi susu.
“Ya harapannya itu ada bantuan untuk kredit lembu (sapi), kalau bisa yang lunak, misalnya cicilan ringan,” ujar Siswanto.
Siswanto mengatakan, kerugian yang ia alami akibat 9 ekor sapi miliknya mati itu diperkirakan lebih dari Rp 120 juta. Sebab biasanya, sapi perah yang telah dapat menghasilkan susu, akan dihargai sekitar Rp 20 juta jika dijual.
“Yang 6 ekor kan sudah produksi (susu), yang 3 itu pedet (anakan sapi) pasti juga ada harganya,” imbuh Siswanto.
Dari informasi yang ia himpun, ada salah satu industri susu sapi di Pasuruan yang menawarkan bantuan modal yang dinilai ramah bagi peternak rumahan seperti dirinya. Yakni dengan memberi bantuan modal berupa anakan sapi.
Dan pengembaliannya diberikan ke dalam bentuk yang sama, yakni anakan sapi. Namun, pengembaliannya menjadi dua kali lipat. Artinya, jika bantuan yang diberikan seekor anakan sapi, maka yang wajib dikembalikan oleh peternak adalah 2 ekor anakan sapi.
“Nah kalau begitu kan enak. Kita hanya tinggal merawat anakan sapi yang jadi modal itu. Kalau setelah sekitar 2 tahun, setelah besar dan bisa beranak, anakannya bisa langsung dikembalikan,” terang Siswanto.
Dengan skema seperti itu, menurut Siswanto, peternak dirasa cukup terbantu. Apalagi, jika sapi sudah pernah beranak dan memproduksi susu, periode musim kawin sapi biasanya 1 tahun sekali.
“Tapi untuk skema (bantuan) seperti itu biasanya peternaknya juga binaan perusahaan yang bersangkutan,” jelasnya.
Untuk itulah, dirinya berharap pemerintah bisa menyiapkan skema permodalan kredit sapi sebagai bentuk bantuan kepada peternak yang terdampak PMK. Sebab, dirinya juga tidak berharap banyak terhadap rencana bantuan yang mungkin akan digulirkan oleh pemerintah.
“Bantuan obat untuk penyembuhan saja, sepertinya lebih banyak yang saya lakukan secara mandiri. Ada suntikan antibiotik, bukan vaksin dari pemerintah. Tapi, juga tidak begitu berdampak, buktinya masih banyak sapi yang mati,” jelasnya.
Terlebih, soal rencana ganti rugi bagi sapi yang mati. Yang rencananya akan diberikan hanya kepada peternak gurem, atau yang jumlah ternaknya terbilang sedikit. Yakni hanya dibawah 3 ekor.
“Saya berusaha mandiri saja, soalnya enggak mau kalau berharap dari rencana yang masih belum pasti,” pungkas Siswanto.