Home Berita Resensi Buku : Move in Silence, Membuka Mata Lebih Lebar Tentang Tragedi...

Resensi Buku : Move in Silence, Membuka Mata Lebih Lebar Tentang Tragedi Kanjuruhan

0

Judul : Move in Silence , untold story of KANJURUHAN DISASTER
Penulis : Putu Kholis Aryana
Penerbit : Edulitera
Tahun Terbit : 2024
Jumlah Halaman : 550 Halaman

Bagi sebagian orang, kini 1 Oktober tak hanya tentang peringatan Kesaktian Pancasila. Namun juga sebagai tanda untuk mengenang sebuah tragedi yang tak patut terjadi lagi di negeri yang telah beradab ini. Menjelang 2 tahun terjadinya Tragedi kelam di Stadion Kanjuruhan, berbagai cerita terus terangkum untuk semua pihak melakukan transformasi menuju kebaikan dari rasa keadilan.

Melalui buku berjudul Move in Silence, Untold story of KANJURUHAN DISASTER, anda bisa membuka berbagai sudut padang dari sisi mata para pelakunya. Mulai dari paragraph pertamanya, pembaca diajak untuk Kembali ke memory berbagai trauma yang mungkin hingga kini belum juga pulih, serta juga berbagai pengharapan hadirnya keadilan dan perbaikan atas terjadinya tragedi di persepakbolaan yang menjadi terkelam nomer dua di dunia ini.

Buku yang ditulis Putu Kholis Aryana ini, juga mengajak pembacanya untuk tak hanya melihat dari satu sisi perspektif nalar berpikir. Namun juga, sang penulis menghadirkan sisi kelam yang dirasakan para aparat kepolisian yang berada di malam terkelam di langit Kabupaten Malang tersebut.

Dalam buku yang diterbitkan edulitera dengan penyusun buku antara lain ; Neny Fitrin, Yudistira Satya Wira W, dan Bakti Riza Hidayat, juga menyajikan cerita yang tak banyak tersaji di media massa yang turut mengawal jalannya cerita hingga pasca tragedi. Salah satunya cerita panjang dari Kapolres Malang kala itu, AKBP Ferly Hidayat, yang mungkin hingga kini masih memikul beban tentang stigma menjadi pembunuh atas tewasnya 135 nyawa tersebut. Dalam buku ini, terekam juga bagaimana perasaan seorang anak yang sekaligus juga seorang ayah ini, untuk meyakinkan keluarganya bahwa ia bukanlah seorang pembunuh.

Tak hanya tentang bagaimana duka dan trauma yang disajikan dalam buku ini. Langkah diplomasi dalam penyelesaian setiap aksi pasca tragedi dan perjuangan sejumlah pihak dalam mengawal kasus ini, juga turut dibeberkan dalam buku setebal 550 Halaman ini. Terangkum berbagai aksi nyata dalam penyelesaian kasus dan pendampingan pemulihan trauma.

Meski mengundang pro kontra atas terbitnya buku ini, namun pembaca setidaknya disuguhkan berbagai sudut pandang dari berbagai narasumber atas berbagai pengharapan yang memiliki satu muara yang sama, yaitu sepakbola tanpa kekerasan, serta perbaikan paradigma semua pihak yang harus belajar atas tragedi kemanusiaan ini.

Kini, tepat dua tahun yang lalu kejadian malam kelam di 1 oktober terjadi. Sudah jauh Langkah kaki, dan sudah banyak detik demi detik dilalui untuk mewujudkan keadilan serta pembelajaran menuju perubahan yang bermanfaat untuk semua kalangan. Buku ini, dirasa bisa menjadi salah satu pedoman dan skema cikal bakal transformasi berdasarkan pengalaman langsung sang penulis, saat turun dilapangan untuk mewujudkan keadilan dan mampu memberikan hikmah kepada semua kalangan.

 

Previous articlePeringati Hari Kesehatan Mental, IJTI Malang Gelar ‘Pound With View’
Next articlePolisi Ringkus Pencuri Sepeda Motor Milik Penyapu Jalan di Malang