Home Berita Usai Sembuh PMK, Peternak di Pujon Keluhkan Luka Bernanah pada Sapi

Usai Sembuh PMK, Peternak di Pujon Keluhkan Luka Bernanah pada Sapi

0

IJTIMALANG.COM – Semangat pulih dengan kemandirian yang dimiliki peternak. Nampaknya menjadi modal utama para ternak sapi perah, untuk terus berjuang agar bertahan dikala merebaknya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.

Seperti yang dirasakan sejumlah peternak di wilayah Malang Barat, yakni Kecamatan Pujon, Ngantang dan Kasembon, yang masih terus berjuang untuk benar-benar bisa pulih dari wabah PMK. Pasalnya, meskipun telah diklaim sembuh dari PMK, kondisi ternak masih harus menjalani pemulihan.

Apalagi, setelah gejala PMK yang ada pada mulut dan kuku sapi tersebut hilang, beberapa sapi ada yang secara tiba-tiba mengalami luka. Luka tersebut bahkan cukup parah, hingga keluar darah dan bernanah.

Luka itu kerap ditemui pada sapi yang baru saja mengalami gejala PMK. Biasanya, muncul pada bagian paha sapi, atau sedikit ke bagian belakangnya. Menurut sejumlah peternak di Pujon, luka tersebut ada yang sampai berlubang cukup dalam.

Hal tersebut salah satunya dialami oleh peternak asal Dusun Jurangrejo, Desa Pandesari Kecamatan Pujon, Rumaji. Dimana dari keempat sapi miliknya yang terkena PMK, ada sebagian yang muncul luka terbuka secara tiba-tiba.

“Waktu PMK itu kan sapi ini berliur, dan kakinya terluka. Lalu yang parah itu, tiba-tiba sapinya ada luka hingga memborok di bagian pahanya,” terang Rumaji.

Dari pantauannya, kondisi tersebut terjadi hampir di seluruh sapi yang ada di Dusun Jurangrejo. Dan memang kebanyakan muncul pada sapi yang terpapar PMK. Bahkan, juga tidak sedikit sapi yang mati, akibat PMK dan diperparah dengan luka tersebut.

“Kemarin itu waktu diobati, ada yang sampai nanahnya keluar muncrat,” terang Rumaji sembari memberi makan sapi miliknya.

Ia memperkirakan ada sebanyak 500 KK di Dusun Jurangrejo yang berternak sapi perah. Dimana setidaknya 1 orang peternak mempunyai 2 ekor sapi. Namun ada juga beberapa peternak yang sapinya hingga berjumlah lebih dari 5 ekor.

“Mungkin kalau dihitung sudah ada sekitar seribu ekor sapi yang mati. 1 keluarga saja biasanya punya 2 ekor minimal. Ini ada yang sampai 9 ekor sapinya mati semua. Mungkin total ada sampai 1.000 ekor yang mati,” terang Rumaji.

Kondisi tersebut membuat sapi perah miliknya tidak dapat menghasilkan susu. Pada kondisi normal atau sapi dalam keadaan sehat, keempat sapinya bisa memproduksi hingga 25 liter susu dalam satu hari. Namun, saat sedang sakit sapi-sapi miliknya nyaris tidak dapat menghasilkan susu sama sekali.

“1 liter satu ekor sapi aja enggak keluar, apa yang mau disetor,” imbuhnya.

Namun begitu, atas upayanya secara mandiri, saat ini keempat sapinya sudah berangsur normal. Luka terbuka yang sempat ada di beberapa sapinya juga mulai sembuh.

Menurutnya, selama kurang lebih 15 tahun beraktifitas sebagai peternak dan mengandalkan hasil perahan susu, wabah PMK dengan berbagai gejalanya baru ia alami saat ini. Dan dia merasa hal itu cukup memukul kondisi ekonomi dan peternak lain.

“Kalau obat dari pemerintah kayaknya hampir enggak ada sama sekali. Jadi, ini mulai terkena PMK, sapi saya berlendir lalu sampai ada luka boroknya, itu pengobatan saya lakukan mandiri,” pungkas Rumaji.

Previous articlePotensi Kenaikan Inflasi, Presiden Jokowi Harapkan Peran Aktif Pemda untuk Intervensi
Next articleBerwisata Edukasi Olah Sampah, Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan